Posted on: February 1, 2020 Posted by: Faik Comments: 0

Dalam… dalam sekali

Ayahanda kami

Di nista dengan keji

Tanpa bukti

Penuh dengki

 

Dalam… dalam sekali

Beliau sang pewaris nabi

Dipermalukan tanpa tepi

Hardiknya sungguh melukai

Sungguh… luka ditubuhnya, berdarah pada kami

 

Duhai Tuhan…

Sampai kapan… sampai kapan…

Kau lumat sang penebar kegelapan

Merobek robek keindonesiaan

Mencerai berai persatuan

Sekedar membela diri dari tuduhan

Yang pasti tak kan mampu dia lepaskan

 

Duhai Tuhan…

Hati siapakah yang kelak Kau gerakkan

Untuk membungkam lelaki jumud sialan

Sebut ulama kami melalukan kebohongan

Penuh kebencian

Penuh kesombongan

 

Ya rabb…

Darah kami bergelagak

Amarah kami bersama berarak

Menahan geram yang tertolak

Demi mendahulukan hukum untuk tegak

Diatas keinginan jiwa yang bergejolak

 

Sadarlah wahai bangsaku…

Penista ini sungguh tak pantas kau bela

Hanya akan menambah luka dan luka

Mencabik sarkas indonesia penuh bhineka

Demi jabatan yang tak seberapa

Sekedar menyelamatkan sembilan naga

 

Sadarlah bangsaku…

Masih kah kalian menjadi tameng

Pendusta yang memakai topeng

Hanya menjadi koreng

Titipan asing dan aseng

 

Mari bungkam lisannya

Dengan sikap dan keberpihakan kita

Pada ulama

Pada anbiya

Mari gelorakan lagi semangat dua satu dua

Ku tunggu kalian di sudirman raya

Yang akan jadi catatan sejarah cinta

Kita semua

 

Hormatku pada Ketua MUI, Rais Am PBNU, Ulama Tersayang,  KH Ma’ruf Amin

Jakarta, 1 Februari 2017

Leave a Comment