Dalam… dalam sekali
Ayahanda kami
Di nista dengan keji
Tanpa bukti
Penuh dengki
Dalam… dalam sekali
Beliau sang pewaris nabi
Dipermalukan tanpa tepi
Hardiknya sungguh melukai
Sungguh… luka ditubuhnya, berdarah pada kami
Duhai Tuhan…
Sampai kapan… sampai kapan…
Kau lumat sang penebar kegelapan
Merobek robek keindonesiaan
Mencerai berai persatuan
Sekedar membela diri dari tuduhan
Yang pasti tak kan mampu dia lepaskan
Duhai Tuhan…
Hati siapakah yang kelak Kau gerakkan
Untuk membungkam lelaki jumud sialan
Sebut ulama kami melalukan kebohongan
Penuh kebencian
Penuh kesombongan
Ya rabb…
Darah kami bergelagak
Amarah kami bersama berarak
Menahan geram yang tertolak
Demi mendahulukan hukum untuk tegak
Diatas keinginan jiwa yang bergejolak
Sadarlah wahai bangsaku…
Penista ini sungguh tak pantas kau bela
Hanya akan menambah luka dan luka
Mencabik sarkas indonesia penuh bhineka
Demi jabatan yang tak seberapa
Sekedar menyelamatkan sembilan naga
Sadarlah bangsaku…
Masih kah kalian menjadi tameng
Pendusta yang memakai topeng
Hanya menjadi koreng
Titipan asing dan aseng
Mari bungkam lisannya
Dengan sikap dan keberpihakan kita
Pada ulama
Pada anbiya
Mari gelorakan lagi semangat dua satu dua
Ku tunggu kalian di sudirman raya
Yang akan jadi catatan sejarah cinta
Kita semua
Hormatku pada Ketua MUI, Rais Am PBNU, Ulama Tersayang, KH Ma’ruf Amin
Jakarta, 1 Februari 2017